Kamis, 13 Desember 2012

BERBAGAI FARIASI DAN JENIS BAHASA


BERBAGAI FARIASI DAN JENIS BAHASA
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana (1974) mendefenisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
1.1  Variasi Bahasa
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Andaikan penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak ada; artinya, bahasa itu menjadi ragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa  itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima atau pun ditolak. Yang jelas, variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial adan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.
Variasi  bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakannya. Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.
1.1.1        Variasi dari Segi Penutur
Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “ warna: suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagaianya. Namun yang paling dominan “ warna “ suara itu, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya.
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya re;atif, yang berada pada satu tempat, wilyah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal pneutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi.Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyarakat umu memang seringkali bersifat ambigu. Secara linguistik jika masyarakat tutur masih saling mengerti, maka alat komunikasinya adalah dua dialek dari bahasa yang sama. namun secra politis, meskipun dua amsyarakat tutur bisa saling mengerti karena kedua alat komunikasi verbalnya mempunyai kesamaan sistem dan subsistem, tetapi keduanya dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda.
Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi yang digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Variasi bahasa ketiga zaman itu trenyata berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi, maupun sintaksis.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi ini adalah yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk membicarakannya, karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang-orang yang tregolong lansia (  lanjut usia ).Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, goglongan, status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot dan ken.
1.1.2        Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata.
Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Dalam pembicaraan tentang register ini biasanya dikaiatkan dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa.
1.1.3        Variasi dari Segi Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos ( 1967 ) dalam bukunya the Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu gaya atau ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi ( formal ), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab(intimate).
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di mesjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-ssurat keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak bileh diubah.
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebgainya. Pola dan kaidah ragam resmi  sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar.
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
Ragam santai adalah variasi bahasa yang biasa digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, beroleh raga, berekreasi, dan sebagainya.
Ragam akrab aalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, atau antarteman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering tidak jelas.


1.1.4        Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dpat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan srana atau alat tertantu, yakni misalnya dalam bertelepon dn bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.
1.2  Jenis  Bahasa
Penjenisan secara sosiolinguistik berkenaan dengan faktor-faktor eksternal bahasa atau bahasa-bahasa itu yakni faktor sosiologis, politis, dan kultural.
1.2.1        Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis
Penjenisan berdasarkan faktor sosiologis, artinya penjenisan itu tidak terbatas pada struktur internal bahasa, tetapi juga berdasarkan faktor sejarahnya, kaitannya dengan sistem linguistik lain, dan pewarisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Stewart, menggunakan empat dasar untuk penerimaan bahasa-bahasa secara sosiologi, yaitu:
1.      Satndardisasi, adalah adanya kodifikasi dan penerimaan terhadap sebuah bahasa oleh masyarakat pemakai bahasa itu akan seperangkat kaidah atau norma yang menentukan pemakaian “ bahasa yang benar “.
2.       Otonomi, sebuah sistem linguistik disebut mempunyai keotonomian kalau sistem linguistik itu memiliki kemandirian sistem yang tidak berkaitan dengan bahasa lain.
3.      Historis, sebuah sistem linguistik dianggap mempunyai historitas kalau diketahui atau dipercaya sebagai hasil perkembangan yang normal pada masa yang lalu.
4.      Vitalitas, adalah pemakain sistem linguistik oleh satu masyarakat penutur asli yang tidak terisolasi. Unsur vitalitas ini mempersoalkan apakah sistem linguistik tersebut memiliki penutur asli yang masih menggunakan atau tidak.
1.2.2        Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik
Berdasarkan sikap politik atau sosial politik kita dapat membedakan adanya bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa persatuan. Perbedaan ini dikatakan berdasarkan sikap sosial politik karena sangat erat kaitannya dengan kepentingan kebangsaan.
Sebuah sistem linguistik disebut sebagai bahasa nasional, seringkali juga disebut bahasa kebangsaan, adalah kalau sistem linguistik itu diangkat oleh suatu bangsa sebagai salah satu identitas kenasionalan bangsa itu.  Yang dimaksud dengan bahasa negara adalah sebuah sistem linguistik yang secara resmi dalam undang-undang dasar sebuah dasar negara ditetapkan sebagai alat komunikasi resmi kenegaraan. Yang dimaksud dengan bahasa resmi adalah sistem linguistik yang ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan, seperti eminar, konferensi, rapat, dan sebagainya. Pengangkatan satu sistem linguistik sebagai bahasa persatuan adalah dilakukan oleh suatu bangsa dalam kerangka perjuangan, di mana bangsa yang berjuang itu merupakan masyarakat yang multilingual. Kebutuhan akan adanya sebuah bahasa persatuan adalah untuk mengikat dan mempererat rasa persatuan sebagai satu kesatuan bangsa.
1.2.3        Jenis bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehan
Berdasarkan tahap pemerolehannya dapat dibedakan adanya bahasa ibu, bahasa pertama, dan bahsa kedua, dan bahasa asing. Yang disebut bahasa ibu adalah satu sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluargayang memelihara seorang anak. Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajarinya. Yang bukan bahasa ibunya, maka bahasa lain yang dipelajarinya itu disebut bahasa kedua. Andai kemudian si anak mempelajari bahasa lainnya lagi, maka bahasa yang dipelajari terakhir ini disebut bahsa ketiga dan begitu selanjutnya. Yang disebut bahasa asing akan selalu merupakan bahasa kedua bagi seorang anak. Disamping itu penamaan bahasa asing ini juga bersifat politis, yaitu bahsa yang digunakan  oleh bangsa lain. Maka itu bahasa Malaysia, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Cina adalah bahasa aasing bagi bangsa Indonesia. sebuah bahasa asing, bahasa yang bukan milik suatu bangsa dapat menjadi bahasa kedua, kalau dipelajari setelah menguasai bahasa ibu.
1.2.4        Lingua Franca
Lingua franca adalah sebuah sistem linguistik yang digunakan sebagai alat komunikasi sementara oleh para partisipan yang digunakan sebagai alat komunikasi sementara oleh para partisipan yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda.  Pemilihan sistem linguistik menjadi sebuah lingua franca adalah berdasarkan adanya kealingpahaman di anatara sesama mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sisiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:    Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar